Sebagai informasi, sejak pertama kali dilaksanakan dengan nama SEAP Games (South East Asian Peninsular Games), Thailand mendominasi dengan meraih 5 kali juara umum dari 7 pelaksanaan SEAP Games, namun sejak 1977 setelah bergabungnya Indonesia dan Filipina, namanya berubah menjadi SEA Games dan sejak itu pula dominasi Thailand berakhir dan beralih ke tangan Indonesia.
Dari SEA Games pertama 1977 sampai 1997 (11 kali penyelenggaraan) tercatat Indonesia telah menjadi juara umum sebanyak 9 kali. Gelar juara umum hanya lepas apabila penyelenggaraan dilaksanakan di Thailand (Bangkok 1985 dan Chiangmai 1995). Bahkan pada pelaksanaan tahun 1987 dan 1997 di Jakarta, perolehan emas Indonesia jauh meninggalkan Thailand yaitu 183 emas untuk Indonesia berbanding 63 emas untuk Thailand di tahun 1987 dan 194 emas untuk Indonesia berbanding 83 emas untuk Thailand di tahun 1997.
Secara keseluruhan bahkan Indonesia menguasai dengan menjadi juara umum 9 kali (Only SEA Games) disusul Thailand dengan 8 kali (termasuk SEAP Games) dan Burma (Sekarang Myanmar) 2 kali. Perolehan Medali total Indonesia di SEA Games juga masih memimpin dengan 1.272 emas, 1.066 perak dan 1.006 perunggu disusul Thailand dengan 1.048 emas, 924 perak, 877 perunggu. Namun apabila penyelenggaraan SEAP Games juga dihitung, Indonesia di peringkat kedua di bawah Thailand yang memperoleh 1.422 emas, 1.178 perak dan 1.138 perunggu.
Prestasi Indonesia mulai merosot sejak SEA Games 1999 di Brunei Darussalam dimana Indonesia hanya berada di peringkat ketiga dibawah Thailand dan Malaysia kemudian tahun 2001 di Kuala Lumpur kembali posisi Indonesia di peringkat ketiga di bawah Malaysia (Malaysia meraih juara umum untuk pertama kalinya) dan Thailand. Tahun 2003 di Hanoi (Vietnam), posisi teratas direbut tuan rumah juga untuk pertama kalinya disusul Thailand dan Indonesia di tempat kedua dan ketiga.
Tahun 2005 prestasi Indonesia semakin merosot saja. Di penyelenggaraan yang ke-23 di Manila ini, posisi Indonesia terpuruk di peringkat 5 di bawah Filipina (Juara Umum), Thailand, Vietnam dan Malaysia.
Apabila dianalisa, kemerosotan terjadi setelah krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1997 dan 1998. Sejak itu pembinaan olahraga di Indonesia sangat memprihatinkan. Sekolah Ragunan yang tadinya menjadi penyumbang terbesar atlet-atlet berbakat Indonesia dan menjadi percontohan pemerintah China, sekarang kondisinya seperti hidup segan mati tak mau.
Apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin negara seperti Myanmar, Laos, Kamboja, Brunei bahkan Timor Leste akan menyalip Indonesia nantinya.
1 komentar:
biasa pak...jago kandang..
Posting Komentar